Batik adalah sebuah kerajinan dari kain yang dilukis menggunakan cairan lilin (malam) untuk membuat motif tertentu. Kerajinan ini merupakan warisan asli Indonesia. Umumnya, setiap daerah memiliki motif batik tersendiri sebagai ciri khas untuk membedakannya dengan daerah lain.
Pada tanggal 2 Oktober 2000, UNESCO menetapkan batik sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Nonbendawi. Oleh karena itu, pada tanggal tersebut diperingati sebagai Hari Batik Nasional. Orang-orang biasanya mengenakan pakaian bercorak batik pada hari itu sebagai bentuk kebanggannya.
Batik dapat dibuat dalam berbagai hal, seperti pakaian (baju, rok, celana) maupun sebagai referensi motif untuk dekorasi sebuah bangunan. Bahkan, batik juga dijadikan sebagai salah satu motif seragam sekolah.
Motif Batik yang Paling Banyak Dicari
Pada dasarnya, setiap daerah memiliki batik dengan motif/corak, warna, serta makna yang berbeda. Meskipun jumlah corak batik di Indonesia belum diketahui secara pasti, namun berikut ini terdapat beberapa yang paling dicari.
1. Batik Tujuh Rupa (Pekalongan)
Batik tujuh rupa adalah salah satu batik yang berasal dari Pekalongan, Jawa Tengah. Batik ini menggabungkan budaya Tiongkok dan lokal yang masuk ke Pekalongan pada abad ke-19. Sesuai namanya, batik tujuh rupa menggambarkan 7 motif yang berbeda.
Dari segi motif, batik ini menggambarkan suasana alam yang mencakup hewan dan tumbuhan dengan warna yang cerah. Sementara itu, secara filosofis, batik tujuh rupa mengandung beberapa makna berikut.
- Kehidupan masyarakat pesisir Jawa yang mudah menerima dan beradaptasi dengan budaya luar
- Gambar alam, hewan, dan tumbuhan menggambarkan makna kehidupan masyarakat yang damai
- Kelembutan dan kefasihan
2. Batik Parang (Jawa)
Batik parang adalah salah satu corak batik yang paling tua di Pulau Jawa. Parang berasal dari kata “Pereng” artinya miring. Dari segi bentuk, motif ini terlihat mirip dengan huruf “S” yang miring, berombak, dan memanjang.
Batik parang memiliki 6 motif, yaitu Parang Kusumo, Parang Rusak, Parang Klitik, Parang Barong, Parang Slobog dan Parang Klitik. Dulu, tidak semua motif batik ini dapat digunakan oleh semua masyarakat. Misalnya, Parang Barong hanya boleh dipakai oleh raja pada acara tertentu.
Hal tersebut disebabkan karena “Barong” memiliki arti singa yang mencerminkan sesuatu yang agung (raja). Adapun untuk Parang Kecil hanya dapat digunakan oleh wanita serta para putri dari di kerajaan. Motif parang ini mencerminkan seorang wanita yang lembut dan feminism.
Filosofi yang terkandung dari motif ombak di batik Parang adalah sikap pantang menyerah dalam menjalani kehidupan. Selain itu, pola garis yang berkesinambungan menggambarkan konsistensi manusia dalam memperbaiki diri sendiri dan hubungannya dengan Tuhan, alam, maupun sesama.
3. Batik Mega Mendung (Cirebon)
Mega Mendung berasal dari kata “mega” yang berarti awan atau langit dan “mendung” artinya langit gelap. Jadi, dapat disimpulkan bahwa mega mendung berarti langit atau awan yang berwarna gelap. Motif ini termasuk salah satu yang paling dicari masyarakat lokal hingga mancanegara.
Sesuai namanya, motif batik mega mendung berbentuk awan yang bergelung dengan gradasi warna. Meskipun digambarkan secara sederhana, tetapi motif ini mampu menghadirkan kesan mewah. Batik menjadi salah satu ciri khas yang dimiliki Kota Cirebon, Jawa Barat.
Secara filosofis, mega mendung memiliki makna yang sangat dalam. Awan menggambarkan manusia harus kesabaran, hati-hati, dan berkepala dingin dalam menghadapi semua masalah dalam hidup. Selain itu, 7 warna yang dimiliki batik ini menggambarkan jumlah dari lapisan langit.
4. Batik Keraton (Yogyakarta)
Seperti yang diketahui, Yogyakarta kental dengan unsur keraton dan kesultanan. Oleh karena itu, batik keraton dibuat dengan motif yang melambangkan kebijaksanaan, kearifan, serta karisma yang dimiliki oleh raja-raja Jawa.
Ciri utama dari batik ini adalah motif sayap burung atau bunga simetris yang disebut sebagai “sawat lar.” Dulu, batik keraton hanya dapat digunakan oleh warga keraton saja. Akan tetapi, seiring dengan perkembangan zaman akhirnya bisa dipakai oleh siapa saja tanpa memandang kasta tertentu.
5. Batik Sekar Jagad (Yogyakarta dan Solo)
Sekar Jagad berasal dari kata “Kaart” yang berarti peta (Bahasa Belanda) dan “Jagad” artinya dunia (Bahasa Jawa). Jadi, batik ini menggambarkan keragaman batik di Indonesia dan seluruh dunia.
Motif batik sekar jagad berbentuk garis-garis lengkung yang menyerupai pulau yang saling berdampingan. Berbeda dengan corak batik lain yang umumnya tersusun rapi, motif ini justru terlihat tidak beraturan. Namun, hal itulah yang membuatnya menjadi unik dan menarik.
Tidak hanya itu, batik sekar jagad juga memiliki isen-isen (isi) dalam setiap pulau, lereng, kawung, flora, fauna, truntum, dan masih banyak lagi. Meskipun berasal dari Yogyakarta dan Solo, batik ini juga telah berkembang ke beberapa daerah lain seperti Madura, Bali, Pamekasan, Kebumen, dan lain-lain.
6. Batik Truntum (Jawa)
Truntum berasal dari kata “Tumaruntum” dalam Bahasa Jawa yang berarti tumbuh atau bersemi kembali. Batik ini dilambangkan sebagai simbol kasih sayang. Corak batik ini berbentuk bintang atau kuntum di langit.
Sebenarnya, batik Truntum memiliki sejarah yang cukup panjang. Saat itu, tepatnya pada abad ke-18, Ratu Kencana merasa diabaikan oleh suaminya, Sunan Pakubuwana III Surakarta Hadiningrat. Ia mengetahui bahwa sang raja telah memiliki selir baru di keraton.
Ratu pun kemudian mengekspresikan kecemburuannya melalui sebuah lukisan yang bergambar bintang serta bunga tanjung di atas sebuah kain. Saat melihat sang istri sedang membatik, Sunan Pakubuwana III merasa tersentuh dan rasa cinta kembali tumbuh di hatinya.
Nah, kisah itulah menjadi awal munculnya motif batik truntum. Saat ini, batik tersebut sering digunakan oleh orang tua yang akan menikahkan anaknya. Tujuannya agar cinta yang terjalin dalam pernikahan dapat tumbuh dengan subur, tulus, serta abadi selamanya.
7. Batik Sidomukti (Solo)
Sidomukti merupakan salah satu batik kuno (klasik) yang berasal dari Solo, Jawa Tengah. Batik ini juga menjadi kain khas keraton. Sidomukti berasal dari kata “Sido” yang berarti terus menerus (jadi), sementara “Mukti” artinya mulia atau sejahtera.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa sidomukti artinya kemuliaan dan kesejahteraan secara terus-menerus yang dirasakan oleh orang yang memakainya. Umumnya, batik ini terbuat dari soga alam yang berwarna cokelat dengan tambahan berbagai ornamen.
8. Batik Kawung (Jawa)
Batik kawung memiliki motif yang berbentuk bulat-bulat seperti buah kawung (aren) yang tersusun secara geometris. Dalam budaya Jawa, motif tersebut merupakan lambang dari terjadinya kehidupan manusia, keperkasaan, serta keadilan.
Dalam sejarahnya, batik kawung pertama kali muncul di Pulau Jawa pada abad ke-13. Batik ini diciptakan oleh salah satu sultan dalam kerajaan Mataram. Pada awalnya, motif kawung terdapat pada ukiran dinding di beberapa candi, termasuk candi Prambanan.
Selain itu, batik ini juga menggambarkan usaha keinginan dan kerja keras seseorang yang akhirnya selalu membuahkan hasil. Bahkan, motif Kawung diharapkan selalu mengingatkan manusia tentang asal usulnya.
Sebagai anak bangsa, mengenal bahkan menggunakan batik seharusnya menjadi kebanggan tersendiri. Beberapa motif batik yang paling dicari baik lokal hingga mancanegara adalah Tujuh Rupa, Mega Mendung, Kawung, Sidomukti, Truntum, Sekar Jagad, Keraton, dan Parang.