Contoh Tari Klasik di Indonesia dan Darah Asalnya

Berbicara tentang contoh tari klasik, tentu daftarnya sangat panjang karena ada banyak sekali di Indonesia. Tari klasik ini sendiri termasuk jenis tari tradisional selain tari kreasi baru dan tari tradisional kerakyatan. Akan tetapi, tari klasik ini termasuk jenis seni tari yang paling tua di Indonesia.

Sebab, tari ini berasal dari lingkungan kerajaan serta berbagai aturan yang mengikatnya. Aturan ini sifatnya baku serta tidak bisa diubah dan kalau diubah, makna tarian akan hilang. Meskipun demikian, tari klasik tetap memiliki daya tarik tersendiri yang tidak kalah dengan tari-tari lainnya.

Tari klasik ini berkembang di wilayah kerajaan kemudian diwariskan di kalangan bangsawan secara turun temurun. Beberapa contoh tari klasik dan asalnya dapat Anda simak dalam penjelasan berikut ini.

Ragam Contoh Tari Klasik dan Daerah Asalnya

1. Tari Topeng Klana

Tari Topeng Klana

Pertama ada tari Topeng Klana. Tari ini ialah tari topeng yang menjadi salah satu dari lima topeng Panca Wanda, yakni Rumyang, Tumenggung, Samba atau Pamindo, Panji dan Klana. Tari ini berasal dari daerah Cirebon.

Singkatnya, tarian ini bercerita tentang usaha Prabu Minakjingga dalam mendapatkan Ratu Kencana Wungu. Sayangnya, sekeras apapun usaha Prabu Minakjingga, usaha tersebut tidak membuahkan hasil sama sekali.

Konon tarian ini sudah ada sejak zaman Kerajaan Singasari. Sebab, dalam catatan Kitab Negara Kertagama, dilukiskan bahwasanya Raja Hayam Wuruk tengah menari. Beliau menari sambil mengenakan topeng yang terbuat dari emas.

2. Tari Srimpi Sangupati

Tari Srimpi Sangupati

Tari Srimpi Sangupati pada awalnya merupakan tari sakral. Tarian ini dahulunya hanya dipentaskan di dalam lingkungan Keraton Surakarta. Akan tetapi, setelah Belanda menguasai Indonesia dan bersikap semesa-mena, Tari Srimpi Sangupati mengalami perubahan fungsi.

Tarian ini kemudian menjadi tarian yang dipentaskan untuk menyambut kolonial Belanda yang hadir dalam perundingan antara pemerintah Belanda dengan pihak Keraton Surakarta. Kata Sangupati dalam nama tarian ini berasal dari kata Apati yang merupakan Pengganti Raja.

Hal ini sebenarnya merujuk pada pemerintah Belanda yang pada saat itu berkuasa. Adapun Tari Srimpi Sangupati ini sendiri menceritakan perihal perlawanan masyarakat terhadap Belanda. Pementasan tarian ini menggunakan properti pistol serta gelek inum.

3. Tari Saman

Tari Saman

Selanjutnya ialah Tari Saman yang tanggal 24 November 2011 yang lalu masuk dalam warisan budaya tak benda oleh UNESCO. Tarian ini adalah tarian Suku Gayo. Tari Saman merupakan tarian yang unik karena tidak ada iringan musik sama sekali.

Tarian ini hanya diiringi oleh irama yang berasal dari suara para penari itu sendiri sekaligus tepukan mereka ketika menepuk dada, menepuk paha serta bertepuk tangan secara serentak. Konon, Tari Saman diciptakan oleh Syekh Saman yang merupakan seorang ulama Gayo.

Beliau menciptakan tarian ini sebagai media dakwah dan pementasannya dahulu juga dilakukan saat acara-acara tertentu. Misalnya saat perayaan maulid nabi serta hari besar Islam lainnya. Tari Saman dilakukan oleh para penari yang membentuk shaf.

Mereka bergerak dalam posisi duduk sambil bernyanyi yang nadanya cenderung kuat dan tinggi. Untuk saat ini, Tari Saman sudah sering dipentaskan dalam berbagai acara termasuk saat festival budaya.

4. Tari Rejang

Tari Rejang

Salah satu contoh tari klasik Bali ialah Tari Rejang. Ini merupakan tari tradisional di Pulau Dewata yang digunakan sebagai penyambutan para dewa yang tengah turun ke bumi. Tari Rejang akan diiringi oleh lantunan gamelan khas daerah Bali.

Konon, tarian ini sudah ada bahkan sejak masa pra Hindu dan masih terus lestari sampai saat ini. Di masa sekarang, Tari Rejang secara khusus ditampilkan hanya saat dilakukannya upacara adat atau upacara keagamaan masyarakat Hindu.

Sebab, Tari Rejang dipercaya sebagai tari yang suci yang di dalamnya terkandung nilai-nilai pengabdian serta nilai spiritual.

5. Tari Piring

Tari Piring

Tari Piring merupakan salah satu tarian yang berasal dari Minangkabau. Sesuai dengan namanya, tarian ini menggunakan properti utama yang berupa piring yang diletakkan di telapak tangan sang penari. Piring tersebut akan diayunkan dengan gerakan yang teratur.

Piring juga akan digerakkan dengan cepat tanpa jatuh atau sekedar terlepas dari tangan sang penari. Pementasan Tari Piring akan dilakukan oleh para penari yang jumlahnya ganjil. Pementasannya juga akan diiringi oleh irama musik instrumen talmepong dan saluang.

Instrumen ini akan dimainkan dengan tempo yang cepat. Pada masa dulu, fungsi tari klasik yang satu ini ialah sebagai ungkapan rasa syukur masyarakat atas hasil panen yang melimpah. Rasa syukur ini juga dibarengi dengan adanya sesaji yang berupa makanan.

Makanan tersebut ditempatkan di atas piring yang dibawa oleh para penari. Fungsi Tari Piring kemudian berubah setelah agama Islam masuk ke daerah tersebut. Tarian ini kemudian hanya menjadi pertunjukan sebagai hiburan masyarakat khususnya saat pembukaan upacara adat dan menyambut tamu.

6. Tari Lengger

Tari Lengger

Contoh tari klasik yang lainnya ialah Tari Lengger. Tari ini asalnya dari Jawa Tengah, tepatnya di Wonosobo. Kata lengger yang menjadi nama tari ini sendiri berasal dari kata eling ngger yang artinya manusia wajib selalu ingat dengan nasihat agar selalu membela kebenaran.

Dalam pementasannya, Tari Lengger akan dibawakan oleh dua orang penari perempuan serta lak-laki. Tarian ini bercerita soal Dewa Candra Kirana yang berusaha mencari suaminya tetapi dalam usahanya tersebut sang Dewi diganggu oleh raksasa jahat.

Kalau berdasarkan pada musik yang mengiringi, tarian ini begitu kental dengan budaya Jawa. Alat musik yang digunakan saja adalah angklung dan busana penarinya juga menampilkan budaya Jawa.

Penari perempuan akan megenai baju tradisional Jawa yang terdiri atas sejumlah aksesoris, selendang serta kemben. Sementara untuk penari laki-laki akan mengenakan topeng yang menjadi gambaran akan raksasa yang jahat.

7. Tari Kuda Lumping

Tari Kuda Lumping

Tari Kuda Lumping biasa dikenal juga dengan nama Jathilan atau Jaran Kepang. Ini adalah tarian yang berasal dari Ponorogo. Dalam tarian ini, akan ada sekelompok prajurit yang menunggang kuda dan berlaga di medan perang.

Adapun kuda yang digunakan dalam tarian ini ialah kuda yang dibuat dari anyaman bambu. Tarian ini menampilkan gerakan yang atraktif. Namun, gerakannya terkadang diselingi oleh pertunjukan sang penari yang tengah kesurupan.

Dalam kondisi tersebut, penari bisa melakukan atraksi yang berbahata seperti menyayat tubuhnya dengan golok, berjalan di atas pecahan kaca, memakan beling dan lain sebagainya. Oleh karenanya, pertunjukan ini selalu didampingi oleh pawang.

Pawang ini tentunya bukan orang sembarangan. Sebab, sang pawang inilah yang akan mengatur sekaligus menyadarkan si penari. Tarian ini sendiri sebenarnya tidak hanya bersifat sebagai hiburan.

Sebab, Tari Kuda Lumping seolah menunjukkan bagaimana watak asli manusia yang baik serta yang buruk pada saat dia dipengaruhi oleh roh gaib. Bukan hanya itu, tarian ini juga sekaligus menjadi bukti bahwa alam ghaib itu ada.

8. Tari Gambyong

Tari Gambyong

Berasal dari Surakarta, Tari Gambyong merupakan tarian yang biasa dipentaskan saat menyambut tamu besar kerajaan. Pada awalnya tarian ini adalah tarian yang menjadi bentuk rasa syukur masyarakat atas hasil panen sekaligus meminta berkah kepada sang Dewi Padi ketika musim tanam tiba.

Akan tetapi, istana termyata tertarik dengan tarian ini dan meminta Sri Gambyong, penari terkenal di masa itu yang membawakan tarian ini untuk tampil di istana.

Sebenarnya masih banyak contoh tari klasik lainnya yang masih bisa disebutkan. Hanya saja kiranya daftar 8 contoh di atas sudah bisa mewakili. Atau Anda masih tertarik dan ingin tahu contoh-contoh tarian klasik yang lainnya?

Bagikan Postingan: