7 Mainan Jaman Dulu Tahun 90-2000an Paling Seru!

Sama halnya dengan budaya, Indonesia juga memiliki berbagai jenis permainan lokal yang sudah dimainkan sejak dulu. Mainan tersebut tergolong sederhana dan mudah untuk dimainkan oleh anak-anak. Namun, tidak semua mainan jaman dulu masih bisa eksis hingga sekarang.

Perkembangan teknologi yang semakin canggih menjadi faktor utama tergerusnya beberapa permainan lokal. Anak-anak jaman sekarang lebih senang untuk bermain di ponsel dan menghabiskan waktu untuk itu.

7 Mainan Jaman Dulu yang Seru

Bermain merujuk pada kegiatan bersenang-senang yang dibutuhkan oleh anak untuk mengembangkan kreativitas dan jiwa sosialisasi mereka. Permainan tersebut umumnya melibatkan aktivitas motoric untuk mendorong anak-anak agar tetap aktif, lincah, dan berinteraksi dengan anak yang lain.

Meskipun menjadi kurang diminati, Anda dapat kembali mengenalkan kepada anak-anak berbagai permainan yang ada pada jaman dulu. Hal ini dapat mencegah mereka untuk ketergantungan dengan ponsel. Adapun beberapa mainan jaman dulu yang dapat menjadi pilihan yaitu:

1. Bola Bekel

Bola Bekel

Permainan bola bekel adalah permainan anak jaman dulu yang menggunakan bola bekel yang berukuran besar atau kecil dan disertai dengan 6 biji bekel. Cara memainkannya yaitu dengan Menyusun 6 biji bekel terlebih dahulu dalam posisi berdiri. Setelah itu, pantulkan bola bekel ke lantai.

Sebelum bola tersebut menyentuh lantai kembali, anak yang bermain harus mengambil satu biji bekel untuk digenggam. Lakukan secara berulang dengan cara yang sama hingga semua biji bekel sudah diambil. Jika salah satu biji bekel terjatuh atau tidak diambil, maka permainan harus diulang dari awal.

Bola bekel hanya boleh memantul satu kali, jika lebih dari itu maka anak yang bermain dianggap kalah. Permainan bola bekel berfokus untuk melatih ketangkasan anak-anak dengan memberinya tantangan. Permainan ini dapat dimainkan oleh semua anak, baik laki-laki maupun perempuan.

2. Petak Umpet

Petak Umpet

Permainan petak umpet hingga saat ini masih banyak dimainkan, bahkan tidak jarang muncul pada beberapa adegan film anak-anak. Petak umpet harus dimainkan oleh dua orang atau lebih. Caranya tergolong sangat mudah dan tidak membutuhkan peralatan khusus apapun.

Cara bermain petak umpet adalah menunjuk teman sebagai penjaga dan anak-anak lainnya bergerak untuk bersembunyi. Untuk menentukan penjaga dengan adil, mereka biasanya menggunakan hompimpa.

Setelah itu, penjaga akan menutup mata dan menghitung dari 1 -10. Selama berhitung, waktu itulah yang digunakan oleh anak-anak lainnya untuk bersembunyi. Jika penjaga selesai menghitung dan membuka mata, dia harus mencari anak yang bersembunyi dan segera menangkapnya.

Permainan petak umpet melatih anak-anak untuk mengatur strategi, ketelitian, dan bersosialisasi. Selain itu, anak juga dapat belajar untuk berlari lebih cepat dan cerdas memilih tempat yang bagus untuk bersembunyi.

3. Lompat Tali

Lompat Tali

Permainan yang mengisi hari-hari anak-anak jaman dulu selanjutnya adalah lompat tali. Alat yang dibutuhkan dalam permainan ini adalah karet yang disambung satu per satu dalam satu rangkaian panjang dan terlihat seperti tali.

Cara bermain lompat tali cenderung berbeda-beda setiap daerah. Akan tetapi, setiap anak yang bermain harus mampu untuk melompati tali yang telah membentang dan dipegang oleh dua orang anak. Jika pemain tidak mampu untuk melompatinya, maka dianggap gagal.

Permainan lompat tali dapat dimainkan oleh anak perempuan maupun laki-laki dengan sistem regu. Semakin banyak yang bergabung dalam permainan ini, maka akan semakin seru. Lompat tali melatih kelenturan dan kegesitan tubuh untuk melewati beberapa level ketinggian karet.

4. Ular Naga Panjang

Ular Naga Panjang

Ular naga panjang merupakan salah satu mainan jaman dulu yang sangat digemari anak-anak. Permainan ini dilakukan secara bersama-sama di area yang cukup luas. Jumlah anak yang biasanya melakukan permainan ini minimal 7 orang.

Cara bermain ular naga panjang adalah dengan memilih dua orang anak sebagai penjaga. Pemilihannya dapat dilakukan dengan cara yang sama dengan petak umpet, yaitu dengan hompimpa. Kedua penjaga tersebut harus menyatukan kedua tangannya membentuk sebuah lorong.

Anak-anak lain kemudian berbaris sambil meletakkan tangan di pundak teman yang berdiri di depannya. Setelah itu, mereka melingkar melewati kedua penjaga melalui lorong sambil menyanyikan lagu ular naga panjang hingga selesai.

Puncak keseruan permainan ini yaitu saat anak terjebak dalam lorong tepat saat nyanyian berakhir. Anak tersebut kemudian harus memilih untuk bergabung dengan tim A atau tim B. Tim yang bertugas untuk menangkap tim lawan adalah tim yang beranggotakan paling sedikit.

Selain aturan memilih tim, ada juga yang mengharuskan anak yang terjebak dalam lorong harus keluar dari barisan. Adapun anak-anak yang tidak terjebak kembali membentuk barisan untuk menyanyi kembali hingga akhirnya tersisa satu orang terakhir yang menjadi pemenang.

5. Kelereng (Gundu)

Kelereng

Kelereng atau gundu merupakan mainan yang berbentuk bulat dan berwarna bening dan memiliki motif warna-warni yang beragam. Permainan identik dimainkan oleh anak laki-laki. Hal ini disebabkan karena bermain kelereng membutuhkan kekuatan untuk menjentikkan jari.

Kelereng biasanya dimainkan di lantai yang luas atau tanah yang lapang. Caranya cukup mudah yaitu setiap anak akan menjentikkan kelereng masing-masing ke arah lereng lawan. Jika ada kelereng lawan yang bersentuhan dengan kelereng Anda, maka kelereng tersebut akan menjadi milik Anda.

Jadi, fokusnya adalah menjentikkan kelereng dengan sasaran tepat mengenai kelereng milik lawan. Jumlah anak yang dapat memainkan permainan ini adalah minimal 2 orang. Meskipun sederhana, bermain kelereng juga harus dilakukan dengan hati-hati agar tangan tidak sakit.

6. Layang-Layang

Layang-Layang

Saat ini, layang-layang masih banyak diperjualbelikan meskipun penggunaanya tidak sebanyak dulu. Sebelum bermain, anak-anak dapat membuat layang-layang dari kertas yang menutupi kerangka kayu tipis. Untuk menerbangkannya ke udara, dibutuhkan senar yang cukup panjang.

Meskipun bernama layang-layang, mainan jaman dulu ini tidak hanya berbentuk bangun datar layang-layang saja. Akan tetapi, pembuatnya dapat membuat variasi model lain yang tidak kalah menarik, seperti kupu-kupu, burung, ikan, dan lain sebagainya.

Ukuran layang-layang juga berbeda-beda, mulai dari kecil hingga sangat besar (raksasa). Mainan ini dapat terbang tinggi jika kondisi angin stabil. Namun, jika angin bertiup cukup kencang, maka layang-layang Anda sudah untuk terbang tinggi bahkan berpotensi terbawa angin.

Bermain layang-layang semakin seru jika dilakukan secara beramai-ramai. Anak-anak harus tetap memegang senar agar layang-layangnya tidak terbang dan terlepas jauh. Jika terjadi demikian, maka Anda akan kehilangan mainan tersebut.

7. Congklak

Congklak

Mainan jaman dulu yang terakhir dan menarik untuk dicoba adalah congklak. Permainan ini membutuhkan batu-batu kecil atau biji kerang serta papan lubang. Berbeda dengan permainan lainnya yang semakin seru jika dilakukan beramai-ramai, congklak hanya bisa dimainkan oleh dua orang.

Permainan ini umumnya dimainkan oleh anak perempuan di rumah. Papan congklak memiliki 16 lubang dengan 98 batu-batu kecil atau buah biji-bijian sebagai isian. Sebelum memulai permainan, kedua anak biasanya melakukan suit demi menentukan siapa yang akan bermain terlebih dahulu.

Anak yang menang suit harus mengambil semua biji dari salah satu lubang kemudian diisikan ke satu-per satu lubang yang ada di papan congklak hingga habis. Setelah itu, Anda harus mengambil kembali semua biji dari tempat terakhir biji diletakkan.

Cara tersebut akan dilakukan secara berulang hingga mendapatkan biji paling banyak dan menjadi pemenang. Dampak positif dari permainan ini adalah melatih anak untuk pandai berhitung dan bersosialisasi.

Pada dasarnya, Indonesia memiliki banyak jenis permainan tradisional yang dimainkan sejak dulu. Beberapa contoh mainan jaman dulu diantaranya, lompat tali, congklak, ular naga panjang, bola bekel petak umpet, kelereng, dan layang-layang.

Bagikan Postingan:

Leave a Comment