Di zaman yang semakin maju, masyarakat semakin terbuka dengan kemungkinan untuk mendirikan usaha sendiri daripada menjadi wiraswasta bagi orang lain. Apalagi dengan mudahnya akses mendapatkan supplier, banyaknya sarana periklanan, dan selera pasar yang semakin meluas. Namun, tidak banyak wirausaha baru yang tahu cara menghitung laba usaha dengan benar, sehingga mengakibatkan defisit ketimbang mendapatkan untung.
Hal ini tentu bisa dimaklumi bila Anda adalah wirausahawan baru sehingga belum memahami alur pencatatan cash flow.
Namun tentu Anda tidak ingin berlarut-larut dalam resiko defisit yang bisa membahayakan usaha Anda. Penting sekali untuk mempelajari cara menghitung laba usaha.
Apa itu Laba dan Faktor yang Mempengaruhi Cara Menghitung Laba Usaha
Laba atau yang bahasa awamnya disebut sebagai keuntungan merupakan hasil dari total penjualan yang sudah dikurangi dengan macam-macam biaya produksi atau operasional usaha. Inilah yang Anda sebagai wirausaha cari.
Jadi, laba bukanlah semua uang yang masuk ke kas perusahaan dari hasil berjualan. Anda masih harus mengakumulasikan dengan macam-macam biaya pengeluaran yang Anda gunakan untuk menciptakan barang/jasa yang Anda jual.
Laba sendiri terbagi menjadi dua hingga tiga jenis:
- Laba kotor atau keuntungan pertama
- Laba bersih atau keuntungan asli Anda
- Laba bersih yang sudah dikurangi pajak
Tentu cara untuk menghitung ketiga laba tersebut berbeda-beda, dipengaruhi oleh pendapatan dan beban. Tentu Anda sudah mengerti apa itu pendapatan, yakni total penghasilan yang Anda dapatkan dari hasil wirausaha.
Cara menghitungnya cenderung sangat sederhana, yakni hanya perlu mengalikan jumlah barang yang laku terjual dengan harga barang tersebut.
Contohnya, Anda menjual 500 buah buku tulis seharga Rp 10.000,- untuk setiap satuannya. Buku tulis yang laku sebanyak 350 buah.
Maka tentu pendapatan Anda sebesar Rp 3.500.000,-. Namun ingatlah bahwa ini baru pendapatan usaha, belum laba! Untuk mendapatkan laba, Anda harus mengurangi total pendapatan tersebut dengan beban usaha.
Namun, banyak orang tidak mengetahui apa itu beban usaha, bahkan tidak memahami dasar-dasar mengenai beban usaha sama sekali. Inilah salah satu kesalahan fatal yang membuat manajemen pembukuan cash flow menjadi tidak rapi.
Setidaknya sebagai wirausahawan baru, ada dua jenis biaya beban yang harus Anda kenali, yakni biaya tetap dan biaya overhead:
- Biaya tetap atau biaya produksi yang tidak akan berubah dan sifatnya konstan. Contohnya adalah gaji karyawan, biaya sewa gedung, dan lain sebagainya yang tidak dipengaruhi seberapa banyak barang yang Anda produksi.
Contohnya, dengan usaha menjual buku tulis, Anda harus menggaji seorang karyawan toko sebesar Rp 600.000,- perbulan dan membayar sewa toko sebesar Rp 150.000,- perbulan. Biaya ini konstan dan akan terus terjadi.
- Biaya overhead biasanya disebut biaya darurat atau biaya yang berubah-ubah. Biaya ini tidak terjadi konstan setiap bulan, hanya ketika dibutuhkan dan dipengaruhi jumlah barang yang Anda produksi.
Misalnya seperti biaya tenaga kerja tambahan, biaya perbaikan mesin produksi, biaya iklan dan lain sebagainya.
Contohnya, setelah berjualan selama beberapa tahun toko Anda menjadi sepi pembeli. Maka pada saat itu, Anda harus membayar sewa pamflet untuk sebulan saja seharga Rp 1.000.000,-.
Pengeluaran ini tidak terjadi setiap bulan atau bersifat accidental dan dipengaruhi oleh jumlah produksi (karena semakin sepi toko Anda, maka semakin lama Anda memasang iklan pamflet, misalnya).
Contoh lainnya adalah misalnya Anda menerima pesanan dalam jumlah banyak sehingga berinisiatif mengantarkan sendiri buku tulis Anda ke tempat pembeli.
Sehingga Anda mengeluarkan uang untuk biaya bahan bakar transportasi sebesar Rp 150.000,-. Biaya ini juga di luar perkiraan dan sifatnya dipengaruhi oleh jumlah produksi.
Namun perlu dipahami bahwa terdapat dua kondisi yang umum terjadi dalam penentuan beban overhead:
- bila iklan Anda dipasang setiap bulan atau Anda memang menyediakan jasa pengiriman barang dan biayanya terjadi secara konstan, maka bisa digolongkan sebagai biaya produksi, sehingga bukan beban overhead.
- Bila produk Anda mengalami kecacatan dan pembeli ingin uang kembali atau refund, maka masukan kerugian tersebut dalam biaya overhead yang juga perlu Anda akumulasikan untuk menemukan laba bersih.
Setelah memahami mengenai pendapatan dan kedua macam biaya beban produksi, maka selanjutnya kita bisa mulai mengenal rumus dan cara menghitung laba yang sederhana, mulai dari laba kotor ke laba bersih.
Rumus Laba Kotor yang Mudah
Ini adalah rumus yang paling sederhana berikutnya. Karena hanya melibatkan pendapatan usaha dan biaya produksi tetap.
Laba kotor bisa dihitung dengan selisih dari pendapatan Anda dengan beban biaya produksi tetap atau biaya yang dikeluarkan setiap bulan secara konstan. Lebih jelasnya seperti pada berikut ini:
Laba kotor = pendapatan – biaya produksi tetap
= (Rp 3.500.000,-) – (Rp 750.000,-)
= Rp 2.750.000,-
Maka laba kotor dari hasil usaha Anda adalah Rp 2.750.000,-. Terlihat banyak bukan? Hal itu disebabkan karena ini hanyalah laba kotor, yang belum dikurangi lagi dengan biaya overhead atau pengeluaran yang tak tentu.
Pada tahap ini Anda sebaiknya belum berpuas diri dulu dengan laba yang sudah di tangan.
Cara Menghitung Laba Bersih Sederhana
Setelah memegang laba kotor di tangan, selanjutnya Anda harus mengingat kembali mengenai biaya overhead yang terjadi pada bulan itu. Pada contoh di atas adalah pembayaran sewa pamflet untuk mengiklankan barang jualan Anda, dan biaya bahan bakar transportasi yang harus dikeluarkan. Beginilah cara Anda menghitung laba bersih:
Laba bersih = pendapatan – biaya produksi tetap – biaya overhead
= (Rp 3.500.000,-) – (Rp 750.000,-) – (Rp 1.150.000,-)
= Rp 1.600.000,-
Itulah jumlah laba bersih Anda atau keuntungan bulanan dari hasil wirausaha Anda. Apakah Anda sudah bisa berpuas diri? Tentu dipengaruhi dengan perhitungan terakhir, yakni perhitungan laba bersih tanpa pajak.
Bila Anda adalah wirausahawan kecil-kecilan yang masih berjuang merintis usaha, mungkin Anda belum terikat pajak yang bisa memotong penghasilan Anda.
Namun bila usaha Anda mulai terkenal, maka Anda harus menyiapkan diri pula untuk memotong penghasilan Anda dengan biaya pajak.
Supaya lebih mudah memahami sistem ini, saya akan memberikan satu buah contoh usaha dan cara menghitung laba usaha tersebut.
Kita akan menggunakan contoh usaha kue, yakni kue donat. Contoh cara menghitung keuntungan usaha kue ada di bawah ini.
Bayangkan Anda membuka usaha kue, misalnya seperti kue donat. Anda sudah memasuki bulan ketiga usaha dan selalu memproduksi donat di rumah sendiri dengan alat-alat ya ng sudah cukup mumpuni sehingga tidak perlu menyewa alat masak donat atau dapur kecil.
Namun untuk menjaga kualitas donat Anda yang semakin laris, Anda menyewa warung untuk menjajakan donat Anda sebesar Rp 200.000,- perbulan.
Karena usaha donat Anda semakin laris, maka Anda berinisiatif memperbanyak produksi. Bila dua bulan sebelumnya Anda hanya menghabiskan Rp 300.000,- untuk berjualan 100 donat, bulan ini Anda menghabiskan Rp 600.000,- untuk berjualan 200 donat.
Tidak lupa untuk membeli tambahan token listrik warung menjadi sebesar Rp 100.000,- karena pembeli donat Anda datang dari pagi hingga malam hari. Sementara itu Anda menjual donat seharga Rp 5.000,- rupiah perbuah.
Dari hasil perhitungan tersebut, maka Anda sudah mulai bisa menentukan laba bersih usaha dengan cara mencari selisih dari pendapatan dengan keseluruhan biaya, baik produksi tetap maupun biaya overhead.
Laba bersih usaha = pendapatan – biaya produksi tetap – biaya overhead
= ( 200 x Rp 5.000,-) – (Rp 600.000,- + Rp 200.000,-) – (Rp 100.000,-)
= (Rp 1.000.000,-) – (Rp 800.000,-) – (Rp 100.000,-)
Laba bersih usaha = Rp 100.000,-
Seperti itulah cara menghitung laba bersih usaha Anda bila Anda menjual kue. Seperti yang sudah dijelaskan, sebenarnya dalam menentukan beban produksi tetap maupun beban overhead mengikuti situasi dan kondisi yang meliputi usaha Anda.
Bila suatu aspek produksi dilakukan setiap bulan, maka dihitung sebagai biaya produksi tetap, namun bila bersifat insidental maka Anda bisa menghitungnya sebagai biaya overhead.
Tips Cara Memulai Bisnis Anda Sendiri
Selain memahami cara menghitung laba, Anda tentu membutuhkan tips-tips lain dari orang-orang yang sudah lebih dulu terjun di bidang wirausaha.
Tips-tips ini berguna untuk mengurangi risiko kas defisit, salah perhitungan, dan segala macam hal lain yang bisa menghalangi jalan Anda berwirausaha. Apa sajakah tips-tips tersebut? Simak penjelasannya di bawah ini!
- Pilih bidang usaha yang Anda nikmati dari hati
Dengan memilih bidang usaha yang Anda nikmati, tidak akan membuat Anda ragu atau malu untuk memasarkan dagangan Anda kepada masyarakat luas.
Selain itu, Anda tidak merasakan terlalu banyak beban dalam menjalani usaha Anda. Bila Anda tertarik dalam bidang fashion tentu memulai dengan reseller baju-baju unik bisa menimbulkan rasa semangat tersendiri.
- Buat produk yang berbeda
Semakin unik produk Anda semakin menarik karena calon pembeli akan merasa tertarik untuk membelinya. Unik tidak harus berarti nyentrik atau nyeleneh.
Anda bisa menjual barang-barang limited edition, atau bila Anda menjual makanan maka bisa menjual makanan dengan rasa yang berbeda dari kebanyakan dijual di pasaran.
- Siapkan dukungan dari orang-orang terdekat Anda
Entah orang tua, kekasih, atau sahabat. Orang-orang terdekat secara tidak langsung merupakan tim marketing atau justru merupakan pasar Anda.
Mintalah mereka untuk memposting barang-barang yang Anda jual di sosial media mereka, agar lebih banyak orang mengetahui usaha baru Anda.
Bahkan, sekedar ucapan semangat pun sudah cukup baik untuk membuat Anda semakin gigih berusaha.
- Siapkan modal yang cukup
Kebanyakan orang hanya menyiapkan modal yang cukup untuk memproduksi barang-barang. Tapi tidak mengetahui bahwa perlu juga modal untuk melakukan uji coba, marketing, dan lain sebagainya untuk setidaknya selama setahun.
Mengapa harus memiliki modal untuk setahun? Setidaknya Anda membutuhkan waktu setahun untuk menyeimbangkan bisnis Anda.
Maka bila Anda serius merintis usaha, setidaknya persiapkan modal yang cukup untuk satu tahun.
Beberapa jenis modal adalah:
- Capital expenses atau modal aset-aset yang pasti, seperti alat produksi, perlengkapan tulis, dan lain sebagainya..
- Operational Expenses merupakan modal yang dibutuhkan untuk menjalankan usaha. Contohnya adalah sewa gedung untuk membuat dan memasarkan jualan Anda, biaya iklan, dan lain sebagainya.
- Modal terakhir cenderung tidak banyak dipertimbangkan orang-orang yakni modal untuk mencari pasar di awal sekali merintis usaha. Sebab Anda memerlukan modal untuk melakukan pengamatan terhadap pasar yang Anda bidik, uji coba kualitas barang yang Anda jual.
- Lakukan survey pasar mengenai selera
Penting sekali untuk mengenai selera dari pasar yang Anda tuju. Bila Anda ingin menjual kopi atau boba kekinian maka pasar Anda adalah remaja hingga dewasa dengan rentang usia 17 – 25 tahun.
Maka lakukanlah survei sederhana pada orang-orang dengan rentang usia tersebut. Apa yang mereka cari? Apa yang mereka tidak sukai? Hal-hal seperti ini bisa membuat Anda menjual barang yang diinginkan banyak orang.
- Lakukan uji coba produk
Melakukan uji coba produk memang membutuhkan biaya yang cukup banyak, tapi setidaknya Anda tidak melakukan gambling atau judi dengan apa yang Anda jual.
Contohnya bila Anda membuka usaha konveksi, Anda bisa mencoba memproduksi kaos untuk diri Anda atau teman-teman Anda dan evaluasi hasilnya. Apakah terbukti nyaman, berkualitas atau masih memerlukan banyak perbaikan?
- Tentukan target usaha Anda
Target usaha Anda tidak harus langsung menjadi perusahaan profit sekelas startup unicorn atau semacamnya.
Anda bisa memulai dari hal-hal sederhana seperti bertekad mencapai balik modal atau BEP dalam dua tahun, atau sekedar menjadi star seller di salah satu marketplace di Indonesia dalam satu tahun.
Hal-hal sederhana yang memacu dan mengarahkan langkah Anda dalam menjalankan usaha.
- Belajar dasar-dasar ilmu administrasi dan pembukuan
Administrasi dan pembukuan adalah cara Anda untuk memanajemen dan mengawasi pengeluaran serta pemasukan Anda.
Perlu diketahui dalam pembukuan Anda tidak hanya mencatat jumlah uang masuk dan keluar, namun juga detail serba-serbi kehidupan usaha Anda.
Memahami dasar-dasar ilmu administrasi dan pembukuan akan sangat berguna untuk Anda.
Apalagi bila Anda mencampuradukkan rekening kas berjualan dengan rekening pribadi atau kebutuhan lain. Hal ini bisa membuat pencatatan cash flow menjadi semakin tidak rapi.
Maka dari itu, kita akan mengulik rumus perhitungan laba untuk memanajemen cash flow usaha Anda.
- Belajar teknik dan cara selling atau marketing
Tentu target dalam berwirausaha adalah mendapatkan pasar sebanyak mungkin dan bila perlu kepercayaan customer.
Bila Anda hanya berniat membuat penjualan sebanyak mungkin, maka Anda hanya perlu belajar teknik penjualan selling.
Namun bila Anda ingin mendapatkan kepercayaan pasar dan menjadikan usaha Anda diingat masyarakat, maka Anda perlu belajar pula teknik marketing.
- Coba usaha dropship bila Anda tidak punya banyak modal
Bila Anda tidak memiliki banyak modal, coba jalani usaha dropship dimana Anda menjadi reseller tanpa modal, melainkan hanya melancarkan trik-trik marketing agar orang-orang membeli barang dari Anda.
Anda sendiri perlu menyiapkan supplier tempat Anda mengambil barang-barang yang dijual dan kemudian memesan kepada supplier dan mengirimkan ke alamat customer Anda.
Demikianlah cara menghitung laba usaha dan tips-tips dalam merintis wirausaha yang perlu Anda persiapkan untuk membangun usaha sendiri.
Jalan apapun yang Anda pilih untuk menjalankan usaha Anda, baik memproduksi kebutuhan sendiri, menggunakan sistem reseller, atau dropship (Perbedaan Reseller dan Dropship), tetap harus memberikan yang terbaik untuk usaha Anda dan tentunya calon-calon customer atau pembeli barang yang Anda jual.