Kehidupan manusia mengalami banyak perubahan hingga saat ini. Lalu, bagaimana dengan zaman dulu? Apakah ada manusia yang hidup pada zaman itu? Jawabannya adalah iya. Manusia yang hidup pada zaman pra aksara, disebut dengan manusia purbakala.
Keberadaan manusia purba diketahui melalui dua cara, yaitu melalui peninggalan hasil budaya dan sisa manusia, tumbuhan, serta hewan yang sudah membatu (fosil). Para arkeolog pun melakukan penelitian untuk mengidentifikasi keberadaan dan jenis manusia purba.
Zaman Pleistosen merupakan zaman dimana manusia purba diperkirakan hidup, sekitar 2.580.000 – 11.700 tahun yang lalu. Zaman ini dibagi menjadi 3 periode, yaitu Pleistosen awal, Pleistosen tengah, dan Pleistosen akhir.
Manusia Purbakala yang Pernah Hidup di Indonesia
Penemuan manusia purba terdapat di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Kesimpulan ini berdasarkan peninggalan hasil budaya yang ditemukan berupa bangunan, perhiasan, senjata, alat rumah tangga, fosil, hingga artefak.
1. Meganthropus Paleojavanicus
Meganthropus Paleojavanicus berasal dari kata “megan” yang berarti besar, “anthropus” berarti manusia, “paleo” berarti tua, dan “javanicus” berarti Jawa. Jika disimpulkan, Meganthropus Paleojavanicus adalah manusia purba tertua yang berasal dari Jawa.
Gustav Heinrich Ralph von Koenigswald adalah orang yang pertama kali menemukan Meganthropus Palaeojavanicus pada tahun 1941. Saat itu, peneliti kelahiran Belanda-Jerman tersebut menemukan fosil tulang rahang bawah di Desa Sangiran, Lembah Sungai Bengawan Solo.
Setelah diteliti, ternyata Meganthropus Palaeojavanicus hidup pada masa Pleistosen awal atau lapisan bawah. Manusia purba ini adalah yang tertua yang ditemukan di Indonesia dan sering disebut dengan Manusia Sangiran. Adapun ciri-ciri dari Meganthropus Palaeojavanicus yaitu sebagai berikut.
- Berbadan besar tegap dan tinggi sekitar 165 cm – 180 cm
- Bentuk dahi tebal, menonjol, dan melintang sepanjang pelipis.
- Tulang pipi tebal
- Struktur rahang besar dan kuat
- Volume otak ± 900 cc
- Hidung lebar
- Tidak memiliki dagu
- Makanannya adalah buah dan tumbuh-tumbuhan
2. Pithecanthropus Mojokertensis
Pithecanthropus Mojokertensis ditemukan di Lembah Sungai Brantas pada tahun 1936. Penemunya adalah Andojo atau Tjokrohandojo yang bekerja di bawah Ralph von Koenigswald. Pada awalnya, Andojo menganggap fosil tengkorak yang ditemukannya adalah milik orang utan.
Oleh karena itu, diberi nama Pithecanthropus dimana “pithe” memiliki arti kera. Sementara Mojokertensis, berasal dari lembah salah satu sungai di Mojokerto, Jawa Timur. Namun, Koenigswald mengidentifikasi bahwa fosil tersebut milik manusia purba.
Pada masanya, Pithecanthropus sudah menggunakan alat sederhana untuk mencari makan, yaitu berupa kayu dan batu. Beberapa peninggalan manusia purba ini ditemukan di Kabupaten Pacitan. Jawa Timur, diantaranya kapak perimbas, kapak genggam, dan kapak perimbas.
Akan tetapi, meskipun sudah memiliki alat, mereka belum memasak atau mengolah makanan. Nah, ciri-ciri manusia purbakala Pithecanthropus Mojokertensis yaitu:
- Berbadan tegap
- Tinggi badan 165 – 180 cm
- Volume otak belum sempurna, sekitar 750 cc
- Tulang rahang kuat
- Dahi menonjol
- Hidung lebar
- Tidak memiliki dagu
- Makanannya berupa tumbuhan dan hewan yang kasar atau mentah
3. Pithecanthropus Erectus
Eugene Dubois menemukan Pithecanthropus Erectus pada tahun 1890 – 1892 tepatnya di Desa Trinil, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur. Manusia purba ini diperkirakan hidup sekitar 1.000.000 – 600.000 tahun yang lalu. Berdasarkan temuan tersebut, akhirnya diketahui ciri-ciri Pithecanthropus Erectus yaitu:
- Berbadan tegap dan gelap
- Tinggi badan sekitar 165 cm – 170 cm
- Berat badan sekitar 100 kg
- Berjalan tegak
- Memiliki tonjolan di dahi yang tebal
- Volume otak 900 cc
- Tulang belakang kuat dan menonjol
- Makanan berupa tumbuhan dan daging
- Rahang bawah kuat
- Hidung lebar dan tulang tebal
- Mulai mengolah makanan tetapi masih kasar
- Kemampuan berpikir masih rendah
4. Homo Erectus Soloensis
Beberapa arkeolog yaitu C. Ter Haar, W.F.F. Oppenoorth, dan Gustav Heinrich Ralph von Koenigswald menemukan fosil manusia purba jenis Homo Erectus Soloensis. Fosil tersebut ditemukan pada tahun 1931 hingga 1933 di sepanjang Bengawan Solo.
Homo Soloensis diperkirakan adalah evolusi dari Homo Mojokertensis dan Pithecanthropus Erectus. Manusia purba ini hidup sekitar 900.000 – 200.000 tahun yang lalu. Koenigswald menemukan banyak fosil dan artefak, seperti tengkorak anak-anak, aneka perkakas, dan hewan menyusui.
Diantara semua fosil tersebut, terdapat 11 yang berbentuk tengkorak. Adapun yang lainnya telah hancur sebagian namun masih dapat dijadikan sebagai objek penelitian.
5. Homo Mojokertensis
Manusia purbakala ini diperkirakan adalah anak-anak dari Pithecanthropus. Homo Mojokertensis ditemukan pada 1936 oleh Gustav Heinrich Ralph von Koenigswald. Fosil yang ditemukan berupa tengkorak anak-anak yang berusia di bawah 5 tahun.
6. Homo Wajakensis (Homo Sapiens)
Von Rietschoten (1888) dan Eugene Dubois (1889) menemukan fosil Homo Wajakensis di Desa Wajak. Manusia purba tersebut hidup sekitar 60.000 – 25.000 yang lalu dan diperkirakan sebagai nenek moyang bangsa Aborigin (bangsa asli Australia).
Fosil Homo Wajakensis yang ditemukan berupa fragmen tengkorak, rahang (atas dan bawah), tulang paha, dan tulang kering. Semua fosil tersebut memiliki kesamaan dengan manusia modern sehingga disebut dengan Homo Sapiens. Adapun ciri-ciri dari manusia purba ini yaitu:
- Wajah berbentuk datar dan lebar
- Volume otak mencapai 1300 cc
- Hidung lebar
- Mulut menonjol
- Berat badan sudah turun menjadi 30-150 kg
- Tinggi badan sekitar 130-210 cm
- Sudah dapat membuat alat yang terbuat dari tulang dan batu
- Bisa memasak
Berdasarkan penelitian, terdapat 3 jenis Homo Sapiens yaitu manusia Cro-Magnon, Archaic Homo Sapiens, dan Homo Sapiens Sapiens. Manusia Cro-Magnon digolongkan sebagai manusia modern yang hidup di Eropa sekitar 40.000 – 10.000 tahun lalu.
Sementara itu, Archaic Homo Sapiens atau yang disebut juga dengan Homo Sapiens “kuno” adalah fosil Afrika yang hidup antara 300.000 dan 150.000 yang lalu. Fosil jenis ini sulit untuk diklasifikasikan oleh para peneliti.
Adapun yang ketiga adalah Homo Sapiens Sapiens. Jenis ini digolongkan untuk spesies manusia yang dianggap sebagai subspesies dari kelompoak yang lebih besar.
Kehidupan sosial Homo Sapiens secara umum yaitu mulai hidup menetap dan tidak berpindah-pindah. Mereka bertahan hidup dengan cara bercocok tanam dan berburu. Bahkan mereka juga sudah mulai menggunakan pelindung tubuh (baju) yang terbuat dari kulit hewan hasil buruan.
Beberapa peninggalan manusia purbakala ini diantaranya adalah kapak persegi, nekara, kapak genggam, alat serpih, tanduk runcing dan kapak corong. Semuanya ditemukan dari berbagai tempat dan waktu yang berbeda.
7. Homo Floresiensis (Manusia Liang Bua)
Pada September 2003, Mike J. Morwood dan Peter Brown menemukan Manusia Liang Bua atau Homo Floresiensis. Penemuan tersebut digolongkan sebagai Homo Sapiens spesies baru dan diberi nama sesuai dengan tempat penemuannya, yaitu di Liang Bua, Flores. Ciri-cirinya seperti berikut ini.
- Tinggi badan kurang lebih 1,06 m
- Berat badan kurang lebih 25 kg
- Ukuran otak kecil dengan volume sekitar 380 cc
- Rahang menonjol
- Dahi sempit
- Kepala maupun badan juga berukuran kecil
Klasifikasi Homo Floresiensis masih menjadi perdebatan para ahli. Beberapa diantaranya berpendapat bahwa manusia purba tersebut adalah evolusi dari Pithecanthropus. Sementara beberapa lainnya menganggap bahwa Homo Floresiensis hidup satu zaman dengan Homo Sapiens.
Manusia purbakala adalah manusia yang hidup pada zaman pra aksara (sebelum mengenal tulisan). Di Indonesia, terdapat 7 jenis manusia purba yang ditemukan dari Meganthropus Palaeojavanicus hingga Homo Floresiensis.