Di dalam dunia bisnis dikenal sebuah istilah yaitu profitabilitas. Istilah lainnya adalah daya laba. Sementara dalam bahasa Inggris umum disebut dengan istilah profitability. Apakah pengertian dari istilah tersebut?
Sebelum membahas lebih dalam, Anda perlu memahami bahwa terdapat 4 bagian dalam rasio keuangan. Terdapat rasio likuiditas, aktivitas, solvabilitas, dan yang terakhir adalah profitabilitas yang akan dibahas dalam kesempatan kali ini.
Profitabilitas Adalah
Beberapa ahli mengemukakan pendapatnya mengenai profitabilitas, mari simak lebih detail di bawah ini.
- Brigham dan Houston berpendapat bahwa profitabilitas merupakan penghasilan bersih yang didapatkan dari serangkaian keputusan dan kebijakan, serta perhitungan berbagai tolok ukur yang berhubungan.
- Menurut Harahap, profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam mendapatkan keuntungan melalui seluruh sumber data yang dimiliki. Mulai dari modal, kas, penjualan, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan masih banyak lagi.
- Riyanto mendefinisikan profitabilitas sebagai kemampuan sebuah perusahaan untuk mencetak keuntungan atau laba dalam satu periode. Perusahaan yang punya mampu menghasilkan laba dengan baik mengindikasikan bahwa kinerjanya juga baik.
- Berdasarkan pendapat dari Sawir, profitabilitas merupakan hasil yang didapatkan perusahaan dari berbagai keputusan dan kebijakan manajemen.
Meski ada berbagai macam pendapat berbeda dari para ahli, tapi ada satu hal yang bisa disepakati. Pengertian profitabilitas secara umum bisa diartikan sebagai kemampuan perusahaan menghasilkan laba atau profit dari seluruh sumber daya, keputusan, serta kebijakan manajerial yang diambil.
Tujuan Perhitungan Rasio Daya Laba
Berikut ini adalah beberapa tujuan dari perhitungan rasio daya laba atau profitabilitas bagi perusahaan.
- Menghitung pemasukan perusahaan yang didapatkan dari laba dalam sebuah periode akuntansi. Kemudian perusahaan bisa membandingkannya dengan periode akuntansi sebelumnya untuk mengetahui perkembangan profit yang diperoleh
- Menghitung kemampuan perusahaan dalam pengembangan modal, baik yang berasal dari modal itu sendiri maupun pinjaman
- Menghitung laba bersih yang didapatkan perusahaan setelah dikurangi dengan modal dan pajak
- Mengetahui tingkat produktivitas dari seluruh dana yang dipakai perusahaan
- Mengukur jumlah pendapatan bersih yang bisa dihasilkan perusahaan dari seluruh dana yang terdapat pada total ekuitas dan total aset.
Jenis-jenis Rasio Profitabilitas
Dalam ilmu akuntansi, dikenal 8 jenis rasio profitabilitas. Rasio inilah yang dipakai untuk mengukur dan menghitung kemampuan perusahaan dalam menghasilkan profit.
1. Gross Profit Margin (Margin Laba Kotor)
Gross profit margin alias margin laba kotor dipakai untuk menilai persentase keuntungan kotor (gross profit) terhadap pendapatan hasil penjualan (sales). Jumlah laba kotor dipengaruhi oleh arus kas dan pertimbangan biaya produksi.
Fungsi utama dari margin laba kotor ini adalah mengetahui tingkat efisiensi perhitungan biaya produksi atau harga pokok. Semakin besar gross profit margin yang dimiliki perusahaan, artinya lebih efisien dan itu lebih baik.
Adapun rumus untuk menghitung gross profit margin adalah sebagai berikut:
(Laba kotor / total pendapatan) x 100%
2. Net Profit Margin (Margin Laba Bersih)
Net profit margin digunakan untuk menghitung persentase laba bersih yang diperoleh perusahaan ketika sudah dikurangi dengan pajak pendapatan dari penjualan. Dalam bahasa Indonesia, net profit margin dikenal dengan margin laba bersih.
Perusahaan akan dinyatakan lebih baik ketika memiliki net profit margin yang tinggi. Untuk menghitung net profit margin, rumus yang digunakan adalah:
(Laba bersih – Pajak) / Penjualan x 100%
3. Return on Assets Ratio (Rasio Pengembalian Aset)
Return on assets ratio biasa disingkat dengan ROA agar lebih memudahkan penyebutannya. ROA sendiri dipakai untuk menghitung persentase laba atau keuntungan yang didapatkan perusahaan, berkaitan dengan total aset atau sumber daya.
Efisiensi sebuah perusahaan dalam mengelola asetnya bisa diukur menggunakan rumus return on assets ratio berikut ini.
Laba Bersih / Total Aset x 100%
4. Return on Equity Ratio (Rasio Pengembalian Ekuitas)
Berikutnya adalah return on equity atau ROE. Fungsi dari rasio profitabilitas satu ini adalah mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan atau profit dari investasi para pemegang saham. Sama seperti sebelumnya, perhitungan ini akan menghasilkan persentase angka.
Perhitungan ROE dilakukan dengan membandingkan pendapatan perusahaan dengan modal yang ditanamkan oleh para investor atau pemilik perusahaan. ROE ini akan menunjukkan tingkat keberhasilan perusahaan dalam mengelola net worth yang dimilikinya.
Return on equity ratio adalah rentabilitas modal sendiri. Sering juga disebut dengan rentabilitas usaha dan rumus perhitungannya bisa Anda lihat di bawah ini.
(Laba bersih – Pajak) / Ekuitas Pemegang Saham x 100%
5. Return on Sales Ratio (Rasio Pengembalian Penjualan)
Return on sales ratio akan menampilkan tingkat laba atau keuntungan perusahaan setelah dikurangi dengan pembayaran berbagai biaya variabel produksi. Contohnya seperti upah pekerja, pembelian bahan baku, dan sebagainya. Namun keuntungan ini belum dikurangi dengan bunga dan pajak.
Rasio pengembalian penjualan ini menunjukkan keuntungan yang didapatkan dari setiap penjualan. Sering juga disebut sebagai operating income margin (margin pendapatan operasional) atau operating margin (margin operasional).
Rumus yang digunakan untuk menghitung return on sales ratio bisa dilihat di bawah ini.
(Laba sebelum Bunga dan Pajak / Penjualan) x 100%
6. Return on Capital Employed (Pengembalian Modal yang Dipakai)
Jenis rasio profitabilitas selanjutnya adalah ROCE yang merupakan singkatan dari return on capital employed. Fungsinya adalah mengukur laba perusahaan yang dibandingkan dengan modal. Di sini, modal yang dimaksud adalah ekuitas ditambah dengan kewajiban tidak lancar.
Bisa juga dengan menghitung total aset dan dikurangi dengan kewajiban lancar. Hasil perhitungan dari ROCE menggambarkan efisiensi serta tingkat profitabilitas modal/investasi perusahaan. Terdapat 2 rumus yang dipakai untuk menghitung ROCE, yaitu:
Laba Sebelum Bunga dan Pajak / Modal kerja
Atau
Laba Sebelum Bunga dan Pajak / (Total Aset – Kewajiban)
7. Return on Investment (Pengembalian Investasi)
Pengembalian investasi alias return on investment (ROI) didapatkan dengan cara mengurangi laba bersih dengan pajak dan dibandingkan dengan total aktiva. ROI dipakai untuk mengukur kemampuan sebuah perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dari aktiva yang tersedia.
Sebuah perusahaan bisa dikatakan dalam kondisi baik apabila memiliki tingkat ROI yang tinggi. Rumus ROI bisa Anda lihat di bawah ini.
((Laba dari Investasi – Total Investasi Awal) / Investasi) x 100%
Terakhir ada earning per share atau EPS yang digunakan untuk menghitung tingkat kemampuan setiap lembar saham dalam menghasilkan profit bagi perusahaan. Salah satu indikator keberhasilan perusahaan bisa dilihat dari tingkat earning per share ini.
Oleh sebab itu, EPS sangat diperhatikan oleh para pemegang saham biasa, calon pemegang saham, hingga pihak manajemen perusahaan. Untuk menghitung earning per share, Anda bisa menggunakan rumus yang diberikan berikut.
((Laba Bersih – Pajak) – Dividen Saham Preferen) / Jumlah Saham Biasa yang Beredar
Berbeda dengan rasio lainnya, dari perhitungan EPS, Anda tidak akan mendapatkan hasil dalam bentuk persentase, tapi dalam bentuk nominal rupiah.
Tingkat profitabilitas sebuah perusahaan bisa diukur menggunakan 8 cara berbeda. Semakin tinggi angka yang dihasilkan, artinya perusahaan memiliki kemampuan yang baik dalam mencetak laba atau keuntungan dari semua sumber daya yang dimiliki.