Dalam dunia ekonomi dan finansial, ada yang namanya surplus. Sebenarnya, apa sih yang dimaksud dengan surplus? Pengertian surplus adalah di mana biaya pemasukan lebih besar dibandingkan dengan biaya pengeluaran.
Jika Anda terlibat secara langsung di dalam dunia ekonomi maupun finansial, wajib tahu apa itu surplus. Memahami apa itu surplus tidak sesulit yang Anda bayangkan, di bawah ini akan kami jelaskan tentang surplus, jenis-jenisnya, penyebab dan dampaknya untuk sebuah bisnis.
Pengertian Surplus Adalah?
Pertama, kita akan membahas apa itu surplus jika dipandang secara umum. Secara umum, surplus diartikan sebagai keadaan dimana jumlah sumber daya atau aset ternyata melebihi porsi yang digunakan secara aktif. Surplus bisa dimaknai dengan beberapa istilah yang berbeda-beda, seperti:
- Pendapatan
- Laba
- Modal
- Barang
Jadi, surplus bisa memiliki arti yang berbeda-beda, tergantung konteks yang digunakan. Misalnya saja dalam konteks persediaan, surplus merujuk pada barang yang tersisa di toko, tidak dibeli oleh pelanggan. Dalam anggaran, surplus adalah ketika pendapatan melebihi pengeluaran yang harus dibayarkan.
Surplus anggaran acap terjadi di pemerintahan, yaitu ketika ada sisa pendapatan pajak, setelah semua program dibayar seluruhnya. Jadi, dari pengertian surplus secara umum ini, Anda bisa menarik kesimpulan sendiri.
Ada beberapa poin yang bisa diambil, yaitu:
- Surplus disebut sebagai penggambaran ketika aset melebihi porsi yang digunakan.
- Surplus dideskripsikan sebagai persediaan yang tetap ada, ketika produk tersebut seharusnya sudah terjual.
- Surplus adalah ketika anggaran di mana pendapatan lebih banyak dibandingkan dengan biaya yang harus dikeluarkan.
Surplus tidak selalu memiliki konotasi yang positif, karena terkadang bisa menyebabkan hal yang buruk tergantung konteksnya. Misalnya saja, surplus bisa menyebabkan ketidakseimbangan pasar (penawaran dan permintaan), jadi produk tidak bisa mengalir dengan efisien di pasar.
Pengertian Surplus Dalam Kacamata Ekonomi
Yang paling umum, surplus merupakan istilah yang paling sering digunakan dalam dunia ekonomi. Dalam kaca mata ekonomi, surplus bisa dimaknai sebagai keadaan, ketika jumlah aset melebihi total yang digunakan, bisa mengacu pada pendapatan, keuntungan, barang, modal serta aset lainnya.
Kebalikan dari surplus adalah defisit, yaitu ketika pengeluaran lebih besar daripada pemasukan. Defisit ini bisa terjadi karena:
- Impor yang melebihi ekspor.
- Kewajiban melebihi aset.
Kalau surplus lebih ke arah yang positif, defisit mengarah pada siklus ekonomi negatif.
Jenis-jenis Surplus
Selanjutnya akan dibahas jenis-jenis surplus yang selama ini terjadi. Nah, Anda harus tahu bahwa ada dua jenis surplus, khususnya dalam ruang lingkup ekonomi, yaitu :
- Surplus konsumen
- Surplus produsen
Keduanya tentu berbeda, serta memiliki keuntungan dan kerugian masing-masing. Untuk mengetahui perbedaan di antara keduanya, bisa cek penjelasannya di bawah ini.
1. Surplus Konsumen
Pertama ada surplus konsumen, yang terjadi ketika harga produk lebih murah/rendah kalau dibandingkan dengan harga termahal yang rela dibeli/dibayar oleh konsumen. Yang jelas, ketika surplus ini terjadi, konsumen akan mendapatkan keuntungan akibat pola pasar tersebut.
Karena harga produk yang lebih rendah, maka konsumen akan sangat sanggup membayar barang tersebut, karena biasanya justru membeli di harga yang lebih mahal. Banyak contoh yang menggambarkan surplus konsumen.
Misalnya saja ketika harga minyak barel turun, yang bisa mempengaruhi harga gas seperti biasanya. Konsumen akan diuntungkan, karena mereka bisa membeli gas dengan harga yang lebih miring, yang awalnya Rp20.000, bisa menjadi Rp18.000 contohnya.
Sebaliknya, produsen memang terpaksa harus puas dengan pendapatan yang tidak sebanyak biasanya. Meskipun begitu, mereka tidak akan sampai merugi kok, tetap mendapatkan keuntungan, meski hanya sedikit.
2. Surplus Produsen
Kebalikan dari surplus konsumen, surplus produsen adalah ketika barang dijual dengan harga yang lebih tinggi, dibandingkan dengan harga terendah yang biasanya dijual produsen. Jika terjadi surplus produsen, maka mengindikasikan tingginya permintaan pasar.
Ketika permintaan pasar tinggi, tidak peduli jika harganya lebih dari biasanya, maka produsen akan diuntungkan. Mereka bisa mematok harga yang lebih tinggi, dan mendapatkan lebih banyak keuntungan dari biasanya.
Konsumen tidak akan terlalu peduli seberapa mahal harga produk atau jasa tersebut. Meski lebih tinggi daripada biasanya, mereka tidak akan ragu untuk mendapatkannya, apalagi jika yang bersangkutan sangat membutuhkan barang tersebut.
Penyebab Terjadinya Surplus Adalah?
Sekarang kita akan membahas apa saja yang menyebabkan surplus. Penting untuk Anda yang memiliki bisnis atau bekerja di dalamnya, agar bisa memperhitungkan banyak hal, dan mengatasi jika ada masalah terkait surplus yang terjadi.
1. Perubahan Permintaan yang Tiba-tiba
Pertama, perubahan permintaan yang tiba-tiba bisa menyebabkan surplus. Kasus seperti ini sering terjadi, biasanya disebabkan oleh kejadian atau aktivitas manusia yang masif. Misalnya saja kejadian yang belum lama ini terjadi, yaitu merebaknya Covid-19.
Karena pandemi Covid-19, produsen mengalami surplus, khususnya produsen yang bergerak di bidang dan peralatan kesehatan. Saat pandemi, permintaan masker, vaksin, APD dan semacamnya meningkat drastis dan tiba-tiba, sehingga terjadi surplus.
2. Peran Pemerintah
Peran pemerintah juga bisa menyebabkan terjadinya surplus, bisa Anda lihat di pemerintahan RRC alias Republik Rakyat China. Mereka menggenjot produksi untuk menguasai pasar global, di saat produsen negara lainnya santai dan lambat.
Bisa Anda saksikan sendiri, sekarang produk yang Made in China menguasai pasar, mulai dari gadget, peralatan rumah tangga dan masih banyak lagi.
3. Penetrasi Pasar
Kemudian, penetrasi pasar juga bisa menyebabkan terjadinya surplus. Ini terjadi ketika beberapa perusahaan memutuskan untuk memproduksi dan memasok barang dalam jumlah yang banyak, sehingga membanjiri pasar.
Yang jelas, ini bisa meningkatkan keuntungan perusahaan, kalau berhasil. Kalau gagal, bisa membuat pasar jenuh, dan konsumen enggan dan malas untuk membeli barang tersebut.
Dampak Terjadinya Surplus yang Harus Anda Tahu
Surplus tidak selalu positif, karena bisa berdampak negatif, khususnya terkait dengan produk yang tidak terdistribusi dengan baik. Dampaknya seperti di bawah ini:
1. Efisiensi Distribusi Barang Minim
Ketika terjadi surplus produk, bisa terjadi inefisiensi. Barang tidak tersalurkan sesuai preferensi atau kesukaan konsumen. Ketika ini terjadi, solusinya adalah dengan mengurangi pasokan, lalu mengalihkannya ke pasar dengan permintaan yang lebih besar.
Ketika dialihkan ke pasar dengan permintaan yang lebih besar, tentu surplus barang akan berkurang, karena sudah tersalurkan dengan baik.
2. Peluang Untuk Menyimpan Barang
Surplus barang bisa berdampak positif, terutama jika barang tersebut tahan lama. Ketika produk tersebut tahan lama, produsen bisa menyimpannya untuk masa yang akan datang. Seperti gandum yang awet misalnya, di mana petani bisa menghabiskan stok yang sekarang.
3. Penurunan Harga
Saat produk terjadi surplus, maka barang banyak ditemukan di pasaran. Banyaknya penawaran tentu bisa menyebabkan turunnya harga. Dalam hal ini, produsen akan dirugikan, dan konsumen akan diuntungkan. Namun, bagi produsen, tetap ada solusinya.
Harga yang turun sedikit tentu tidak masalah, yang patut diwaspadai adalah ketika harga turun menjurus merugikan. Ketika ini terjadi, produsen bisa mengurangi pasokan sebelum kerugian bertambah banyak dan bikin tekor.
Surplus adalah biaya pemasukan, yang lebih besar jika dibandingkan dengan biaya pengeluaran, istilah yang kerap digunakan dalam dunia ekonomi dan finansial. Ada yang namanya surplus konsumen dan surplus produsen, masing-masing memiliki keuntungan yang berbeda.