Kultum atau Kuliah Tujuh Menit mengacu pada penyampaian keagamaan singkat. Umumnya, topik yang diangkat dalam kultum adalah hal-hal mengenai agama, khususnya Islam. Salah satu tema yang paling sering disampaikan adalah ikhlas. Lantas, bagaimana cara menulis kultum singkat tentang ikhlas?
Materi yang disuguhkan dalam kultum biasanya lebih singkat, namun isi kandungannya jelas dan padat. Dengan kata lain, dapat disampaikan selama kurang lebih tujuh menit. Dalam membuat kultum, terdapat sebuah unsur penting yang tidak boleh dilewatkan oleh penulis, yaitu Muqaddimah (pembuka kultum).
Berbeda dengan ceramah yang tidak dibatasi waktu, menyampaikan kultum dibatasi oleh durasi waktu tertentu. Sebenarnya, menulis kultum mengenai keikhlasan bukan suatu hal sulit karena ada banyak dalil yang dapat dijadikan panduan. Akan tetapi, bagi pemula tentu bisa menjadi hal tidak mudah.
Contoh Kultum Singkat Tentang Iklhas dan Dalilnya
Ikhlas merupakan salah satu tema paling populer karena erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari umat Islam. Bagi Anda yang sedang mencari referensi kultum singkat tentang niat dan ikhlas, maka dua contoh di bawah ini dapat dijadikan sebagai bahan panduan:
1. Kultum Singkat Tentang Ikhlas Dalam Beribadah
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Para hadirin yang senantiasa dilindungi Allah SWT, marilah selalu bersyukur atas semua limpahan nikmat dan hidayah dari-Nya yang tidak pernah putus.
Mari bersyukur pula atas diutusnya Nabi Besar Muhammad SAW, yang merupakan teladan bagi umat manusia sang pembawa terang. Semoga kita termasuk ke dalam golongan umatnya di akhirat kelak. Aamiin ya Robba Aalamiin.
Dalam menjalani kehidupan di dunia yang fana ini, kita sudah sering mendengar bahkan mengatakan “Aku ikhlas kok” atau “Udah, ikhlasin saja”, dan kalimat lain yang serupa.
Namun, yang menjadi pertanyaannya adalah, apakah kita benar-benar sudah ikhlas?
Sulit untuk dipungkiri, jika ikhlas merupakan salah satu amal hati yang mudah diucapkan tapi sulit diterima. Oleh sebab itulah, hanya orang-orang sabar dan bertakwa yang mampu mencapai tingkatan ikhlas.
Hal ini sejalan dengan perkataan Imam Al Ghazali yang mengatakan, “Hakikat ikhlas adalah kemurnian niat dari segala hal yang dapat mengotorinya”.
Umumnya, para ulama menganalogikan keikhlasan menggunakan surah al-ikhlas di dalam Al-Qur’an. Padahal, sejatinya surat al-ikhlas tidak menyinggung hal-hal tentang ikhlas.
Keikhlasan sebaiknya diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan. Termasuk saat menjalankan kegiatan beribadah shalat sesuai perintah Allah SWT.
Al-Quran juga telah menjelaskan tentang hal ini dalam salah surah Al Bayyinah Ayat 5, yang artinya:
“Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah dengan ikhlas, menaati-Nya semata-mata karena (menjalankan) agama, dan juga agar melaksanakan shalat dan menunaikan zakat. Dan yang demikian itulah agama yang lurus (benar).”
Dalam surah tersebut, Allah SWT menyampaikan beberapa hal penting yang harus selalu diingat oleh manusia dalam melaksanakan ibadah shalat.
Pertama, melakukan ibadah seharusnya didasari dengan niat dan keikhlasan hati untuk mendapat keridhoannya. Sebab hakikat manusia adalah menyembah sang pencipta.
Kedua, dalam beribadah kita sebaiknya harus membersihkan diri dari berbagai macam hal yang dapat merusak nilai ibadah itu sendiri, seperti sum’ah, ria, dan sebagainya.
Ketiga, sebaiknya keikhlasan dibuktikan dengan cara mentaati perintah Allah SWT, termasuk dengan melaksanakan shalat dan mengeluarkan zakat.
Semoga keikhlasan kita dalam menjalankan ibadah dengan semata-mata mengharapkan keridhaan Allah SWT, dapat menjadi jalan bagi kita semua untuk menuju Jannah.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
2. Kultum Singkat Tentang Ikhlas Dalam Bekerja
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Pertama dan yang paling utama, mari kita selalu berdoa kepada Allah Subhanahu Wata’ala, agar kita dimudahkan dalam segala hal, termasuk beribadah dan bekerja.
Pada kesempatan ini, saya hendak menyampaikan kultum singkat tentang ikhlas, khususnya ikhlas dalam mencari rezeki supaya bisa membawa berkah bagi diri sendiri dan seluruh keluarga.
Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah yang paling mulia. Hal tersebut dikarenakan manusia mampu mengemban kewajiban Allah SWT, baik kewajiban kepada sang pencipta, maupun kewajiban pada diri sendiri dan sesama manusia, khususnya menjadi tanggung jawabnya
Dalam melaksanakan tanggung jawab dan tugasnya, manusia harus berusaha dan berdoa dengan penuh keikhlasan serta kerelaan. Bekerja dan berikhtiar merupakan suatu hal sangat mulia, yang penting pekerjaan yang dilakukan halal dan benar tanpa mengabaikan kewajiban kepada sang pencipta.
Pasalnya, tidak sedikit orang bekerja dengan tujuan mengumpulkan kekayaan dunia. Namun, kesibukan bekerja tersebut justru seringkali membuat manusia tidak berpikir dua kali untuk meninggalkan kewajiban kepada Allah, seperti shalat, zakat, puasa, dan sebagainya.
Islam menghimbau umatnya supaya bekerja untuk menjadi manusia mandiri dan mulia. Oleh sebab itulah, bekerja termasuk sebagai ibadah sebab merupakan salah satu bukti melaksanakan perintah Allah SWT.
Selain itu, Islam juga menghendaki setiap umat Muslim agar mempunyai etos kerja supaya pekerjaan yang dilakukan bukan hanya bertujuan memperoleh hasil, tapi juga memiliki tujuan lebih mulia. Dengan begitu, pekerjaan yang dilakukan juga didasari keikhlasan supaya mendapatkan ridha dari Allah.
Dalam bekerja, umat Islam tidak hanya harus memiliki modal semangat, namun juga punya orientasi ke masa depan. Dengan kata lain, bekerja juga membutuhkan perencanaan dan perhitungan matang. Untuk bisa memperoleh masa depan dan memberikan kehidupan lebih baik kepada keluarga, khususnya anak.
Hal ini sesuai dengan yang tertuang dalam Al Qur’an Surah Al Hasyr Ayat 18, yang artinya:
“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat). Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.”
Dari surah tersebut, dapat disimpulkan bahwa setiap Muslim seharusnya bekerja bukan hanya untuk tujuan kehidupan dunia, namun juga akhirat. Segala aktivitas melakukan pekerjaan juga harus didasari pemahaman bahwa masih ada kehidupan akhirat yang kekal abadi.
Sementara itu, keikhlasan dalam bekerja juga telah dijelaskan dalam Al Quran Surah Asy Syarh Ayat 7 – 8, yang artinya:
“Apabila engkau telah selesai (dengan suatu kebajikan), teruslah bekerja keras (untuk kebajikan yang lain) dan hanya kepada Tuhanmu berharaplah!”
Melalui ayat di atas, kita bisa mengetahui bahwa Allah menghendaki hamba-Nya untuk terus berbuat kebaikan dan bekerja keras dengan penuh kerelaan. Karena sejatinya, rezeki itu datangnya dari Allah.
Pada akhirnya, melakukan perintah Allah harus didasarkan pada keikhlasan. Karena bekerja tidak hanya solah mencari uang dan memenuhi kebutuhan hidup. Namun, merupakan kewajiban manusia kepada pencipta, khususnya dalam menunaikan kewajiban Islam yang lainnya,
Mari kita selalu berdoa dan berikhtiar kepada Allah SWT, semoga dipermudah dalam beribadah dan bekerja. Lakukan pekerjaan bukan hanya demi pencapaian duniawi, namun juga dengan tujuan melaksanakan perintah dari Allah secara penuh keikhlasan.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Sebenarnya, tema kultum singkat tentang ikhlas ada banyak sekali. Sebab dalam agama Islam, keikhlasan adalah syarat diterimanya amal seseorang. Jadi, keikhlasan atau kerelaan hati sangat erat kaitannya dengan segala aktivitas yang dilakukan oleh manusia dalam menjalani kehidupan di dunia.