Salah satu hal penting yang harus dipikirkan pemilik usaha adalah mengenai harga jual produk. Mengingat harga jual sendiri mempengaruhi berbagai macam aspek dalam usaha yang dijalankan. Harga jual menentukan jumlah profit, cash flow, hingga biaya yang harus dikeluarkan agar bisnis terus beroperasi.
Terdapat faktor krusial yang harus dipertimbangkan dalam menentukan harga jual, yaitu price sensitivity. Hingga saat ini, konsumen senantiasa memiliki banyak informasi tentang produk dan jasa yang akan dipakai. Biasanya mereka menginginkan manfaat atas waktu dan biaya yang sudah dikeluarkan terhadap produk atau jasa.
Definisi Harga Jual Produk
Harga jual produk adalah harga akhir yang ditentukan penjual terhadap konsumen. Harga yang sudah ditentukan biasanya tergantung dari berat, jumlah, dan ukuran bersifat khusus. Penting untuk setiap pemilik usaha menetapkan harga pas agar penjualan produk atau jasanya mendatangkan sejumlah keuntungan.
Tidak hanya itu, pebisnis juga perlu memperhatikan harga jual agar posisinya tetap aman di pasar. Sebenarnya, terdapat banyak faktor yang harus diikutsertakan dalam perhitungan harga jual. Mulai dari permintaan pasar, musim, daerah, harga jual, dan situasi pasar itu sendiri.
Tak jarang pemilik usaha harus menentukan harga jual produk yang tepat. Hal ini dilakukan untuk mempertimbangkan strategi pricing yang dilakukan kompetitor. Namun, tetap harus diingat bahwa harga jual tidak sama jika dibandingkan cost price atau dikenal dengan biaya pembelian.
Lalu, apa yang dimaksud dengan cost price? Pada dasarnya, istilah ini digunakan sebagai pembayaran dari perusahaan ke supplier. Terutama untuk produk yang bersifat setengah jadi, bahan mentah, maupun komponen dalam proses produksi.
Beberapa Komponen Krusial dalam Menentukan Harga Jual
Sebenarnya, terdapat tiga komponen krusial yang harus diperhatikan ketika menentukan harga jual suatu produk. Mulai dari biaya variabel, margin profit, dan tentunya biaya tetap. Untuk lebih jelasnya, berikut beberapa karakteristik yang harus diperhatikan.
1. Fixed Cost atau Biaya Tetap
Sesuai dengan namanya, fixed cost selalu bersifat tetap dan tidak bergantung dari besar atau kecilnya skala produksi. Misalnya biaya pajak, sewa gedung, dan lain sebagainya sesuai kebutuhan. Hal lainnya yang perlu diingat adalah pemilik usaha wajib berlomba-lomba menjual produk sebanyak mungkin.
Salah satunya untuk menyelesaikan pengeluaran fixed cost atau biaya yang bersifat tetap. Sebenarnya, tidak ada metode lain yang bisa dilakukan untuk menambah margin keuntungan. Mengingat biaya tetap ini biasanya cukup besar, maka disarankan agar pemilik usaha mempunyai alokasi khusus.
2. Variable Cost (Biaya Variabel)
Perlu diingat bahwa biaya variabel berbeda jika dibandingkan dengan biaya tetap. Sebenarnya, variable cost bisa berubah-ubah tergantung dari jumlah produksi yang ditetapkan. Semakin banyak produksinya, maka biaya variabel yang dikeluarkan semakin banyak.
Adapun biaya variabel sendiri merupakan angka rujukan yang menggambarkan modal atau biaya produksi suatu barang. Jadi, jika Anda menjual produk yang dikeluarkan oleh bisnis lain, maka perhitungan biaya harus dilakukan dengan tepat. Mulai dari biaya transportasi, pembelian produk, dan biaya pengiriman.
Namun apabila ingin memproduksi produk sendiri, sebaiknya perhatikan beberapa biaya yang termasuk biaya variabel. Mulai dari biaya tenaga kerja, bahan baku, perlengkapan produksi, dan insentif yang dikeluarkan untuk tim penjualan.
3. Margin Profit
Setiap pelaku bisnis pastinya ingin mendapatkan laba atau profit dari penjualan produk. Apabila biaya variabel sudah diketahui, Anda bisa menambahkan sendiri data margin penjualan. Bisa juga dengan memperhitungkan selisih keuntungan untuk setiap produk yang terjual.
Dengan demikian, margin profit yang dikeluarkan akan dihitung berdasarkan total keuntungan yang didapatkan. Sebenarnya, seperti apa rumus harga jual produk yang dihubungkan dengan biaya variabel dan margin profit? Berikut rumusnya.
Harga Jual= Biaya Variabel / (1-Desimal Margin Keuntungan yang Dikehendaki)
Cara Menentukan Harga Jual
Jika sudah mendalami teori pricing atau penjualan dengan baik, Anda akan menemukan cara tepat menentukan harga jual. Sebenarnya, terdapat lima tahapan yang bisa dilakukan untuk menetapkan harga jual agar terlihat proporsional, yaitu sebagai berikut.
1. Margin Pricing
Margin pricing merupakan perhitungan harga jual agar bisa mengetahui persentase keuntungan setiap produk atau jasa. Melalui margin pricing, Anda bisa memahami apakah terdapat nominal keuntungan yang terlalu besar atau tidak.
Anda juga bisa melihat sendiri perbandingan antar beberapa kompetitor terhadap barang sejenis. Pertanyaannya, apakah harga yang dibanderol terlalu tinggi atau tidak? Adapun dalam penetapan biaya margin memang butuh dipertimbangkan dengan baik oleh pemilik usaha.
Berikut merupakan perhitungan margin yang bisa dijadikan rujukan:
Margin = (Harga Jual – Harga Modal) : Harga Jual
2. Markup Pricing
Apabila sudah mengetahui persentase keuntungan yang ingin didapatkan, Anda bisa melakukan markup pricing. Pada dasarnya, metode ini juga seringkali dipilih untuk menentukan harga jual. Caranya yaitu cukup dengan menambahkan margin pada harga jual produk jasa.
Sebenarnya, perhitungan seperti ini merupakan metode paling umum dilakukan pelaku bisnis. Baik itu oleh dropshipper, produsen barang, maupun reseller produk. Adapun perhitungan harga jual ini sendiri tidak terlalu rumit, yaitu sebagai berikut.
Harga Jual = Modal + ( Modal x Persentase Keuntungan)
3. Keystone
Perlu diingat bahwa metode ini tidak jauh berbeda dibandingkan dengan markup pricing. Hal yang perlu diperhatikan adalah keuntungan atau margin bisa ditambahkan mencapai 100%. Dengan kata lain, penetapan harga jual dengan metode ini bisa mencapai dua kali lipat dari harga modal.
Sayangnya, metode penentuan harga jual produk ini sangat konvensional. Bagaimana tidak, keystone sebenarnya sudah diterapkan saat teknologi belum terlalu maju seperti sekarang. Bahkan saat itu belum ditemukan alat hitung seperti komputer maupun kalkulator.
Metode penentuan harga jual ini biasanya diterapkan untuk produk yang tidak habis pakai. Contohnya produk fashion, pakaian, sepatu, dan sebagainya. Metode ini juga bisa dimanfaatkan untuk berbagai macam produk yang dijual di department store seperti di mall besar.
4. Manufactured Retail Price
Penentuan harga jual satu ini sangat direkomendasikan bagi para produsen barang atau jasa. Tujuannya tidak lain untuk menjaga kestabilan harga produk atau jasa di kebanyakan pasar. Jadi, seorang reseller sekalipun tidak perlu mematok harga terlalu jauh dibanding yang sudah ditentukan sebelumnya.
5. Value-Based Pricing
Perlu diketahui bahwa penentuan harga jual produk yang satu ini berdasarkan nilai yang didapat setiap konsumen. Dengan demikian, konsumen hanya akan membayar sesuai dengan value produk itu sendiri.
Sayangnya, kebanyakan pemilik usaha menggunakan metode ini untuk produk atau jasa yang berkualitas. Tidak hanya itu, produk yang bersifat limited edition seperti tas branded pun saat ini semakin banyak peminatnya.
Jika ingin menetapkan harga untuk produk tersebut, maka sebaiknya melakukan riset pasar terlebih dahulu. Hal ini semata-mata untuk mengetahui seberapa besar permintaan terhadap produk tersebut.
Harga jual produk adalah harga yang ditetapkan pada produk atau jasa yang dikeluarkan oleh pemilik bisnis. Penting untuk memahami hal ini mengingat harga yang ditentukan juga harus mempertimbangkan berbagai hal. Terutama dalam aspek bisnis dimana setiap pemilik bisnis tentunya memiliki target profit tersendiri.