Minimum Viable Product MVP Adalah Pengertian, Tujuan dan JenisnyaPada umumnya, minimum viable product MVP adalah strategi yang banyak digunakan oleh perusahaan startup, untuk melakukan pengembangan produk (product development). Hal ini dikarenakan perusahaan startup memiliki risiko yang lebih besar ketika merilis produk pertamanya.
Umumnya perusahaan startup masih berada di tahap pengembangan produk, dan masih harus mencari pasar yang tepat untuk produknya. Produk-produk yang diciptakan oleh perusahaan startup umumnya belum tentu bisa diterima oleh masyarakat luas.
Walaupun proses produksi dilakukan dengan biaya yang tinggi, bukan menjadi jaminan bahwa produk tersebut bisa diterima. Maka dari itu, sangat disarankan sebelum merilis sebuah produk untuk membuat sebuah minimum viable product (mvp) dahulu.
Apa Itu Minimum Viable Product (MVP)?
Pada saat merilis produk baru, Anda bisa saja mendapatkan beberapa kendala, seperti produk yang dibuat tidak bisa diterima oleh masyarakat, produk masih kurang user friendly atau mengalami error.
Kendala-kendala tersebut bisa saja dialami walaupun biaya produksi yang dikeluarkan sangat besar. Maka dari itu, agar biaya tersebut tidak terbuang sia-sia, maka bisa disiasatinya dengan membuat MVP atau minimum viable product sebelumnya.
Minimum viable product MVP adalah produk yang dibuat dan dikembangkan menggunakan fitur-fitur dasar, akan tetapi bisa terlihat lebih menarik bagi pelanggan. MVP ini merupakan konsep di dalam manajemen produk yang bermanfaat untuk memperkenalkan produk yang akan dirilis ke pasar.
Jadi Anda bisa menciptakan sebuah produk yang memiliki fitur yang tidak terlalu canggih, namun sudah mempunyai nilai guna yang tinggi bagi penggunanya. MVP merupakan hal yang sangat penting dan dibutuhkan untuk melakukan pengembangan produk.
Tujuan dari pembuatan MVP yaitu untuk memvalidasi ide bisnis yang akan dijalankan, mempelajari pengalaman yang dirasakan oleh pengguna, serta memperoleh feedback baik itu yang bersifat positif maupun negatif terkait dengan produk.
Dengan demikian, maka hasil dari pembuatan MVP maka bisa digunakan oleh perusahaan untuk melakukan pengembangan produk agar bisa berjalan lebih baik, namun masih tetap efisien untuk hasil produk akhir yang dihasilkan.
Tujuan dari Pembuatan Minimum Viable Product (MVP)
Masalah dan resiko terbesar yang dihadapi oleh perusahaan startup yaitu ketika melakukan perilisan produk barunya, apakah produk tersebut bisa diterima dengan baik oleh masyarakat atau tidak.
Produk yang gagal diterima di pasaran tentu akan membuat biaya dan sumber daya yang dikeluarkan selama proses produksi menjadi sia-sia. Untuk itu, dibutuhkan MVP untuk membantu dalam mengembangkan produk yang lebih ramah pengguna.
Adapun tujuan dari pembuatan minimum viable product MVP adalah sebagai berikut:
1. Meluncurkan produk ke pasar secara tepat dan cepat
Dengan menggunakan MVP maka memungkinkan sebuah perusahaan startup untuk melakukan perilisan produk secara cepat ke pasar. Dengan demikian, produk tersebut bisa segera digunakan dan dinikmati oleh pelanggan.
Sehingga perusahaan juga bisa memperoleh feedback sesegera mungkin sebagai bahan untuk melakukan evaluasi produk menjadi lebih baik.
2. Mempercepat datangnya umpan balik atau feedback dari pengguna
Dengan adanya pengumpulan feedback secara cepat, maka perusahaan bisa sesegera mungkin mendapatkan informasi mengenai kekuatan dan juga kelebihan produk yang dihasilkan. Feedback inilah yang akan dijadikan bahan evaluasi untuk memperbaiki dan menyempurnakan produk akhir.
3. Melakukan pengujian hipotesis menggunakan sumber daya minimal
Melalui MVP, maka perusahaan bisa melakukan hipotesis berdasarkan pada kondisi nyata yang terjadi di lapangan. Jadi hasil yang diperoleh juga bisa lebih akurat dan bukan hanya menjadi sebuah asumsi belaka.
Selain itu, dengan menggunakan MVP, maka perusahaan bisa mengeluarkan sumber daya yang minimal. Jumlahnya tidak sebesar jika produk yang dihasilkan merupakan produk akhir atau final, baik itu biaya untuk bahan baku, tenaga kerja, ataupun produksi.
Jadi Minimum Viable Product MVP adalah salah satu strategi dan taktik yang bisa digunakan oleh perusahaan untuk mempercepat proses pembelajaran.
Karena produk dari hasil MVP bisa menjadi cerminan agar perusahaan bisa membuat sebuah produk akhir yang lebih baik dan diterima oleh pasar.
Karakteristik Utama Minimum Viable Product (MVP)
Terdapat tiga karakteristik utama yang dimiliki oleh Minimum Viable Product (MVP), diantaranya yaitu sebagai berikut:
1. Mempunyai nilai yang cukup menarik untuk pengguna
Walaupun masih diisi dengan fitur-fitur yang sederhana, namun dalam membuat minimum viable product harus dipastikan jika nilai yang terdapat di dalamnya bisa menarik pengguna. Pasalnya hal yang paling sulit yaitu menggaet pengguna untuk pertama kalinya.
2. Memberikan feedback mengenai produk
Karakteristik selanjutnya yaitu adanya feedback yang diperoleh dari pengguna tentang kelebihan atau kekurangan dari produk. Mintalah pendapat mengenai fitur yang terdapat di dalam produk dan juga pengalaman dalam penggunaannya.
Setelah itu, manfaatkan feedback yang didapatkan untuk melakukan pengembangan produk akhir yang lebih baik.
3. Menunjukkan manfaat yang bisa diperoleh di masa depan
Sifat dari minimum viable product adalah sementara. Walaupun demikian, Anda harus bisa memberikan keyakinan bagi penggunanya bahwa produk tersebut bisa memberi manfaat untuk masa depan.
Yakinkan jika produk tersebut akan terus mengalami perkembangan untuk memaksimalkan manfaat yang bisa diperoleh bagi penggunanya.
Jenis-Jenis Minimum Viable Product (MVP)
MVP juga memiliki beberapa jenis yang tersedia. Adapun penjelasan untuk masing-masing jenis minimum viable product MVP adalah sebagai berikut:
1. Physical (Fisik)
Jenis yang pertama yaitu ada MVP Physical. Sesuai dengan namanya, bentuk dari MVP ini yaitu berupa fisik. Produk yang disajikan bisa disentuh dan dicoba langsung oleh pengguna. Contohnya yaitu bisa berupa produk makanan maupun benda tertentu.
2. Piecemeal
Apabila diterjemahkan, piecemeal memiliki arti sedikit demi sedikit. Maksud dari jenis MVP piecemeal ini yaitu sebuah produk yang dihasilkan merupakan kombinasi antara produk dengan layanan tertentu.
3. Product design (desain produk)
Jenis selanjutnya yaitu ada product design, dimana produk yang dihasilkan oleh sebuah perusahaan yaitu berupa desain. Dalam hal ini produk tersebut bisa berupa website, software, aplikasi maupun media digital jenis lainnya.
4. Concierge
Jenis MVP concierge adalah produk digital yang dihasilkan melalui pengalaman manual. Tujuan dari proses tersebut yaitu agar bisa memahami lebih baik apa yang dihadapi oleh calon pelanggan, sehingga diperlukan pengalaman yang nyata dengan terjun langsung ke lapangan.
Tahapan Pembuatan Minimum Viable Product (MVP)
Untuk menghasilkan produk yang bisa diterima oleh masyarakat luas, maka penting sekali untuk memahami proses tahapan pembuatan MVP secara terstruktur. Tiga tahapan di dalam pembuatan minimum viable product MVP adalah sebagai berikut:
1. Membuat prototype
Langkah pertama yaitu membuat prototype, dimana dalam tahapan ini perusahaan akan membuat gambaran akhir mengenai produk yang dibuat sebelum dilempar ke konsumen. Jadi prototype ini bukan sebuah produk final atau akhir.
Jadi nantinya perusahaan bisa melakukan beberapa perubahan untuk proses penyempurnaan produk yang dihasilkan.
2. Membuat minimum viable product
Selanjutnya yaitu menciptakan minimum viable product berdasarkan pada prototype yang telah dibuat sebelumnya. Dalam tahapan ini, kandungan yang terdapat pada MVP terdapat berbagai elemen utama yang ada pada sebuah produk.
Jadi tidak perlu ditambahkan berbagai elemen pendukung atau pelengkap lainnya. Melalui MVP ini maka bisa menjadi gambaran mengenai nilai guna dan juga manfaat yang bisa diperoleh dari produk secara jelas.
3. Produk
Langkah terakhir yaitu menciptakan sebuah produk final yang di dalamnya tidak hanya membuat elemen dasar saja, namun juga sudah dilengkapi dengan elemen pendukung lainnya.
Minimum viable product MVP adalah salah satu strategi yang bisa digunakan untuk menyiasati resiko produk tidak diterima oleh masyarakat luas. Umumnya strategi ini banyak digunakan oleh perusahaan startup karena produk yang dihasilkan belum tentu bisa diterima oleh pasar.